Facebook sudah memberitakan investasi besar buat bangun "metaverse". Apakah itu? Mari kita bahas sebentar. Biarpun masih di tingkat peningkatan awalnya, kekuatan metaverse dipercaya akan memberi pengaruh yang besar sekali.
Mari kita mengandaikan skenario berikut ini: Kalian mengawali pagi dengan kerjakan rapat di bermacam ruangan pertemuan. Di celah rapat, kalian ingin mencuri-curi waktu buat lakukan perbincangan dengan relasi perihal sebuah konser yang bisa dikunjungi malam itu. Waktu jam pulang kantor datang, berjumpa dengan relasi kalian dalam tempat konser dan habiskan waktu dengannya menyaksikan atraksi konser itu. Kemudian, tak lupa juga beli kaos oblong menjadi cinderamata.
Skenario ini barangkali kedengar seperti beberapa hari tipikal yang lain. Namun coba pikirkan semuanya itu kalian melakukan tanpa ada tinggalkan rumah? Ya, selamat ada di metaverse!
Metaverse secara simpel bisa dideskripsikan menjadi fakta digital. Serupa dengan World Wide Website, akan tetapi memadukan sisi media sosial, augmented reality, game online, dan cryptocurrency, buat memungkinkannya pemakai lakukan aktivitas dan berhubungan lewat virtual.
Prinsip ini masih di step awalnya peningkatan, namun kemampuannya dipandang sangat besar.
BACA JUGA: Fakta Unik Perusahaan Raksasa VGA - AMD vs NVIDIA
"Saya cukup sangat percaya di titik ini jika metaverse menjadi ekonomi anyar yang bertambah besar dari ekonomi kita sekarang," kata Jensen Hang, CEO perusahaan pencipta chip grafis NVIDIA. NVIDIA semata-mata satu dari banyak beberapa perusahaan yang memberikan investasinya di sektor metaverse. Perusahaan lain seperti Epic Permainan dan Microsoft sudah luncurkan ide mereka sendiri.
Facebook bertahun-tahun sudah mengambil langkah menuju ini dengan investasinya di sektor tehnologi virtual dan augmented reality. CEO Facebook Mark Zuckerberg sudah berkata, dia mengharapkan satu hari kelak beberapa orang akan memikir perusahaan media sosial menjadi perusahaan metaverse. Facebook sudah memperkokoh komitmennya dengan memberitakan ide metaverse besar di Eropa.
Awal mula ide Metaverse
Second Life merupakan salah di antara satu dari banyak game interaktif yang udah mempunyai kandungan unsur metaverse didalamnya. "Bukannya cuma menyaksikan conten - Kalian malahan ada di dalam dalamnya," kata Mark Zuckerberg pada situs tehnologi The Verge saat bulan Juli kemarin. Waktu itu, dia memperbandingkan ide metaverse dengan halaman website dua dimensi standard yang sekarang isi ruangan internet.
Iterasi metaverse sebenarnya sudah ada bertahun-tahun. Hal demikian bisa kita dapatkan saat kita bercakap perihal media sosial, virtual reality, game online, atau cryptocurrency.
BACA JUGA: Sejarah Singkat Penemuan Teknologi Bluetooth
Game interaktif seperti Second Life, Fortnite, Minecraft, dan Robox, punya unsur metaverse. Di situ pemakai bisa bekerja dan bekerjasama, hadiri acara, juga mengganti uang dunia riil sama barang dan pelayanan virtual.
Jauh saat sebelum video game masuk ke ruangan keluarga dan ruang tidur anak-anak, mereka awalannya ditemui di kampus dan memberikan begitu istimewanya kapabilitas dari sebuah pc. Game spacewar! dari tahun 1962 yaitu satu diantara permainan pc pertama, yang diperkembangkan oleh periset pc Steve Russel, bekerja bersama dengan Martin Graetz dan Wayne Wiitanen, di MIT, kampus tenar di AS.
Seiring waktu, ukuran pc jadi bertambah kecil. Game fiksi ilmiah Elite dari 1984 sudah membuat pc bekerja sampai batasan maksimum. Game tembak pertama-kali yang tampil merupakan Doom (1993) dan Quake (1996). Sejalan dengan perubahan internet, game di browser juga banyak muncul, di gadget. Dengan mudah, sejumlah game casual begitu menguasai pasar game dan menciptakan penerimaan tinggi sampai sekarang.
Tehnologi Virtual Reality (VR) memungkinkannya pemain buat turut serta lebih jauh pada permainan. Akan tetapi selama ini, game itu belum bisa beradu di pasar yang bertambah luas, biarpun menjajakan banyak prinsip permainan yang inovatif. Satu kekurangan besarnya: beberapa pemain jatuh sakit selesai bermain VR.
BACA JUGA: Pulau Hawaii dan Wifi, apa korelasinya?
Beberapa idealis metaverse memperkirakan jika di masa datang bakal ada semesta alam virtual di mana satu orang bisa bergerak bebas pada beberapa type dunia digital. Pemakai juga bisa menjaga identitas virtual yang sama di dalam wujud avatar digital buat arungi dunia digital itu.
Tidak hanya itu, modal yang mereka punya di satu dunia juga punya nilai yang serupa di dunia lainnya. Mereka akan memanfaatkan mata uang digital yang diterima secara universal.
Untuk beberapa pencinta mata uang kripto (cryptocurrency), kasus pembayaran di metaverse menjadi salah satunya angle yang paling memikat untuk diulas.
Peristiwa cryptocurrency tahun ini bertambah meriah di dunia. Soal ini beberapa disebabkan dari bertambahnya kesadaran khalayak perihal non-fungible tokens (NFT) - sebuah tehnologi yang bisa mainkan andil kunci dalam metaverse.
NFT sendiri bisa didefinisikan menjadi type asset digital yang berperan kira-kira menjadi elemen kolektor virtual. Satu diantara contoh NFT yang sukses mencuri perhatian di awalnya tahun ini merupakan sebuah file JPG dari kolase photo yang sukses terjual dengan harga $69 juta.
Awalnya Oktober lalu, perancang pakaian Dolce serta Gabbana jual koleksi busananya berbentuk NFT, dengan beberapa elemen bertujuan buat dipakai oleh avatar digital.
Konser di dunia metaverse terasa berbeda.
Di sebagian dunia virtual yang ada sekarang, beberapa pemakai sudah kerjakan bisnis sejumlah beberapa ratus ribu dolar berbentuk mata uang kripto buat beli NFT real estat dan property digital.
Seperti dealer seni terkenal, Sotheby, beberapa terakhir ini disampaikan beli real estat digitalnya sendiri, yang bisa dipakai buat bangun tiruan galeri seninya yang ada pada London. Kedepan real estat digital itu akan dipakai buat melaksanakan seni pertunjukan virtual.
Bisnis dan pemilikan sejumlah besar NFT dicatat di blockchain Ethereum, jaringan blockchain yang menyimpan Ether - cryptocurrency paling besar ke-2 selesai Bitcoin.
BACA JUGA: Meski Mirip, berikut Perbedaan USB Type dan Thunderbolt 3
Metaverse barangkali akan berperan secara penuh dalam beberapa dasawarsa waktu depan. Selainnya tehnologi intinya yang belum begitu mainstream, banyak juga pertanyaan yang menyelimuti, seperti kasus validitas hukum.
Akan tetapi ada momen yang mendorongnya, terpenting pandemi COVID-19 yang sudah memercepat perubahan metaverse. Usaha digitalisasi global memperoleh dorongan besar selesai kritis kesehatan global itu membuat juta-an orang mesti kerja di rumah.
Sekarang, beberapa basis komunikasi digital seperti Slack atau Microsoft Tims sudah melatih pemakainya dengan prinsip pokok dari metaverse. Juga DW sendiri sudah luncurkan ruangan pembicaraan intern sah yang disebut yaitu "ruangan istirahat" dan "lorong" menjadi area buat pegawainya mengobrol enjoy waktu WFH.
Metaverse waktu ini masih di step peningkatan awalnya, namun Bloomberg Intelligence dalam laporannya di Juli lalu memperhitungkan, metaverse dapat mengalami perkembangan jadi pasar sejumlah $800 miliar (Rp11.200 triliun) di awalnya 2024.
0 Comments